Kamis, 08 April 2010

“PENGARUH KEPUASAN KONSUMEN ATAS NILAI BAURAN PEMASARAN TERHADAP LOYALITAS PASAR RITEL PADA PELANGGAN DI HYPERMART”

“PENGARUH KEPUASAN KONSUMEN ATAS NILAI BAURAN PEMASARAN TERHADAP LOYALITAS PASAR RITEL PADA PELANGGAN DI HYPERMART”


BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang masalah

Maraknya perkembangan pasar riteil modern di indonesia, berdampak positif terhadap intensitas peningkatan sektor ekonomi riel negara kita. perkembangan pasar ritel modern tersebut semakin menjamur ke berbagai sudut kota penjuru tanah air indonesia berbentuk hypermarket maupun toko-toko modern. hal ini menyebabkan persaingan perusahaan ritel tersebut berinteraksi semakin ketat, didukung oleh kepemilikan modal yang sangat kuat guna meraih keunggulan di dalam memasuki pasar kompetitif tersebut.
Dewasa ini tersebut sekitar 62 perusahaan ritel, terdiri dari 2700 gerai yang tersebar diseluruh wilayah indonesia. adanya pertumbuhan atas keragaman pasar ritel berbentuk toko-toko modern ini seperti hal nya;Alfa, Makro, Indo Grosir, Carrefour, Indomart, hypermarket menjadi faktor pemicu utama timbulnya berbagai ekspetasi pelanggan terhadap pelayanan maupun fasilitas yang di berikan toko-toko tersebut.keberagaman ekspetasi pelanggan berdasar telaah pustaka perilaku konsumen dapat di jelaskan ke dalam 9 faktor, antara lain yaitu: Harga, Kelengkapan produk, Keunikan, Kenyamanan, Dapat dipercaya, Kualitas pelayanan, Nilai uang, Informasi yang dapat dipercaya, dan Tempat yang tepat untuk berbelanja.
Ekspektasi atau harapan pelanggan dan aplikasi bauran pemasaran ternyata dapat mempengaruhi kepuasan pelanggan. Fenomena munculnya beragam klasifikasi perusahaan pengecer besar diIndonesia dalam bentuk took modern . Hal ini mendorong perusahaan pengecer besar untuk tetap melakukan penelitian terhadap perilaku pelanggannya guna memberikan masukan bagi pihak manajemen dalam menyusun pengembangan strategi persainganyang cukup ketat. Salah satu perusahaan pengecer dengan skala usaha besar selaku pendatang baru dalam dunia pasar ritel modern adalah Hypermarket merupakan salah satu jaringan bisnis stockiest milik PT Hero, Dept. Store. Tbk.
Hypermarket merupakan salah satu Hypermarket yang berdiri diantara Hypermarket-Hypermarket lainnya di Indonesia seperti halnya Carrefour, Hypermarket, Alfa Retail, Indo Grosir, maupun Makro Stockist, dengan dukungan gerai-gerai baru yang tersebar di beberapa kota besar Indonesia yaitu; Jakarta, Bogor, Depok ,Bekasi, Tangerang, Siduarjo, Surabaya dan Bandung Hypermarket dibuka mulai pukul 09.00 pagi hingga pukul 22.00 malam. Pada event midnight saleyang di adakan beberapa kali dalam sepekan buka hingga pukul 24.00 malam, khusus pada gerai-gerai tertentu saja.

1.2 Rumusan Masalah
Sehubungan debgan latar belakang yang dikemukakan, maka dapat dirumuskan masalah penelitian sebagai berikut:
1. Apakah terdapat pengaruh antara ekspektasi pelanggan toko modern, terhadap kepuasan pelanggan Hypermarket Manado?
2. Apakah terdapat pengaruh antara bauran pemasaran eceran toko modern, terhadap kepuasan pelanggan Hypermarket Manado?

1.3 Tujuan Penelitian
Bertolak dari permasalahan di atas, maka tujuan utama pnelitian ini adalah ingin mengetahui pengaruh kepuasan pelanggan Hypermarket, Manado yang dijelaskan secara langsung oleh ekspektasi pelanggan maupun bauran pemasaran eceran toko modern pada umumnya, yang kemudian dijabarkan dalam tujuan spesifik sebagai berikut:
1. Mengetahui pengaruh antara ekspektasi pelanggan toko modern, dalam menjelaskan variasi kepuasan pelanggan Hypermarket Manado.
2. Mengetahui pengaruh antara bauran pemasaran eceran toko modern, dalam menjelaskan variasi kepuasan pelanggan Hypermarket Manado.

1.4 Batas Penelitian
Yang menjadi batas penelitian ini adalah sejauh mana pengaruh kepuasan pelanggan Hypermarket, Manado dapat di jelaskan secara langsung oleh beragam ekspektasi pelanggan maupun karakteristik bauran pemasaran eceran tokomodern pada umumnya.

1.5 Menfaat Penelitian
Manfaat yang dapat di ambil dari penelitian ini adalah:
1. Manfaat bagi peneliti:
Dapat mengetahui bagaimana pengaruh kepuasan pelanggan Hypermarket Manado atas beragam ekspektasi pelanggan serta karakteristik bauran pemasaran eceran toko modern pada umumnya, agar dapat melakukan proses evaluasi pelanggannya secara tepat sasaran sehingga seberapa jauh tingkat ekspektasinya dapat di jelaskan secara langsung pengaruhnya terhadap kepuasan pelanggan Hypermarket Manado.
2. Manfaat bagi pihak lainnya:
Menjembatani konsep berpikir secara factual terkait ekspektasi pelanggan maupun aplikasi bauran pemasaran ecersn toko modern pada umumnya berserta implikasi pengaruhnya terhadap kepuasan pelanggan Hypermarket, Manado agar dapat ditindak lanjuti oleh pihak-pihak lainnyayang berkompeten dalam hal ini.

1.6 Metodologi Penelitian

1.6.1 Rancangan Penelitian
Dalam penelitian ini digunakan rancangan atau desain penelitian dengan metode deskriptif. Metode deskriptif adalah suatu metode dalam meneliti status kelompok manusia, suatu objek, suatu kondisi, suatu sistem penelitian ataupun suatu kelas peristiwa pada masa sekarang.

1.6.2 Variabel dan Pengukuran
Variabel dalam penelitian ini adalah : Atribut-atribut swalayan yang mempengaruhi konsumen dalam memilih swalayan, yang terdiri dari delapan dimensi yaitu harga, lokasi, keragaman dan mutu barang, fisik swalayan, iklan, promosi penjualan, pramuniaga, dan pelayanan.
1.6.3 Definisi Operasional Variabel
Atribut-atribut swalayan yang mempengaruhi konsumen dalam memilih swalayan adalah : faktor-faktor yang dijadikan pertimbangan oleh konsumen sebelum mendatangi suatu tempat
berbelanja dalam hal ini. Hypermart, yang meliputi kebijakan harga, lokasi, keragaman dan mutu barang, iklan, promosi penjualan, pramuniaga, fisik swalayan, dan pelayanan.

1.6.4 Teknik Pengumpulan Data
1. Jenis Data
Data yang digunakan dalam penelitian ini berbentuk data primer dan data sekunder.
a. Data Primer : adalah data yang diperoleh langsung dari Hypermart.
b. Data Sekunder : adalah data yang dihimpun oleh pihak atau badan lain, yang berkaitandengan masalah yang sedang diteliti.
2. Pengumpulan Data
a. Penelitian Kepustakaan (Library Research)
Yaitu metode pengumpulan data dengan mempelajari buku-buku wajib yang berhubungan dengan masalah yang dibahas, yang dapat diperoleh dari perpustakaan Universitas Gunadarma dan Lembaga Pendidikan dan Pembinaan Manajemen (LPPM).
b. Penelitian Lapangan (Field Research)
Yaitu metode pengumpulan data dengan mendatangi langsung objek penelitian, yang dilakukan melalui wawancara dan kuesioner.
• Wawancara, dilakukan untuk mendapatkan data dengan mewawancarai langsung pihak perusahaan yang bersangkutan pada Hypermart.
• Kuesioner, dilakukan dengan menyebarkan daftar pertanyaan kepada 100 orang responden. yaitu para konsumen yang berbelanja pada Hypermart.
1.6.5 Metode Analisis Data
Metode analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah :
1. Metode Deskriptif Kualitatif, yaitu untuk mengetahui atau untuk mengevaluasi atribut-atribut swalayan yang mempengaruhi konsumen dalam memilih suatu swalayan, yang dilakukan dengan membandingkan antara pelaksanaannya dengan teori-teori yang berkaitan.
2. Metode Deskriptif Kuantitatif, yaitu untuk mengetahui tanggapan konsumen terhadap atribut-atribut swalayan yang mempengaruhi
konsumen dalam memilih suatu swalayan, melalui penyebaran kuesioner pada konsumen.
Dalam hal ini digunakan skala Likert, dengan bobot dan kategori sebagai berikut :
Bobot Kategori
1
2
3
4
5 Sangat tidak setuju
Tidak setuju
Cukup setuju
Setuju
Sangat setuju
Berdasarkan jumlah responden 100, maka dapat ditentukan bobot penilaian dengan menggunakan jarak, yang dapat dihitung melalui nilai tertinggi dan terendah sebagai berikut :
Nilai tertinggi = 5 X 100 (jumlah responden) = 500
Nilai terendah = 1 X 100 (jumlah responden) = 100
Rumus jarak :
Nilai tertinggi – Nilai terendah = 500 – 100 = 80
Kelas 5
Setelah diketahui jarak, maka dapat ditentukan pengelompokan sebagai berikut :
Bobot Penilaian
100 – 179
180 – 259
260 – 339
340 – 419
420 – 500 Sangat tidak baik
Tidak baik
Cukup baik
Baik
Sangat baik

BAB II
Tinjauan Pustaka

Gilbert (2003,P.6) retail adalah merupakan semua jenis usaha bisnis yang secara langsung mengarahkan kemampuan pemasarannya untuk memuaskan konsumen akhir berdasarkan organisasi penjualan barang dan jasa sebagai inti dari distribusi tersebut.
Bowen dan minor (1998, P.45), merupakan loyalitas yang dapat didefinisikan sebagai kondisi dimana konsumen mempunyai sikap positif terhadap sebuah produk, serta mempunyai komitmen terhadap produk tersebut dan bermaksud meneruskan pembeliannya di masa yang akan datang.

Kotler dan Amstrong (1996, P. 578), adalah merupakan pendekatan yang terbaik untuk mempertahankan pelanggan adalah dengan memberikan kepuasan yang tinggi dan nilai kepada pelanggan yang akan menghasilkan pelanggan yang loyal terhadap Hypermart.
Simamora (2002:756), mengemukakan bauran promosional (Promotional Mix) adalah istilah yang dipakai untuk mengacu pada pilihan alat promosional yang digunakan dalam rangka memasarkan sebuah produk dan jasa. Bauran promosional terdiri atas empat elemen utama : periklanan, promosi, penjualan, penjualan pribadi, dan hubungan masyarakat.
Atribur-atribut loyalitas pelanggan menurut Griffin ( 1995, P.31) meliputi :
1. Makes regular repeat purchase. Menunjukan bahwa pelanggan yang melakukan pembelian secara berulang terhadap suatu badan usaha dalam suatu periode tertentu adalah pelanggan loyal.
2. Puechase acriss product and service lines. Pelanggan loyal tidak hanya membeli satu macam produk saja melainkan juga membeli lini produk dan jasa lain pada badan usaha yang sama.
3. Refer other. Pelanggan yang loyal akan merekomendasikan pengalaman positif mengenai produk dan jasa dari badan usaha kepada rekan atau pelanggan lain agar mereka tidak membeli produk dan jasa dari badan usaha lain.
4. Demonstrates an immunity to the pull of the competition. Pelanggan yang loyal menolak mengakui produk dan jasa badan usaha lain karena pelanggan yakin bahwa produk dan 5
5. jasa badan usaha yang mereka pilih adalah yang terbaik dan berbeda dari produk dan jasa badan usaha lainnya.
BAB III
ISI
Dunia bisnis ritel di Indonesia telah berkembang demikian pesat sesuai dengan perkembangan dinamika perekonomian yang terus mengalami proses modernisasi dalam era globalisasi ini. Begitu luasnya industri ritel ini, sehingga sektor ritel memberikan kontribusi 75% terhadap total perdagangan nasional. Dari 98,8 juta angkatan kerja, sekitar 17 juta orang (18%) bekerja di sektor ritel. Pada tahun 2002, bisnis ritel tumbuh 16,4%.
Menurut Aprindo (Asosiasi Pengusaha Ritel Indonesia), tahun 2004 omzet ritel nasional sebesar Rp 400 triliun, bertumbuh 15% dari tahun sebelumnya. Pada tahun 2005 diperkirakan naik 25% sehingga tahun 2005, omzet ritel nasional diperkirakan mencapai Rp 500 triliun .

Ritel yang berfokus pada penjualan barang sehari-hari, secara garis besar terbagi dua, yaitu ritel tradisional dan ritel modern. Pengertian ritel tradisional adalah ritel yang sederhana, tempatnya tidak begitu luas, barang yang dijual tidak begitu banyak jenisnya, sistem manajemen masih sederhana, tidak menawarkan kenyamanan berbelanja dan masih ada proses tawar menawar harga dengan pedagang. Sedangkan ritel modern adalah sebaliknya, menawarkan tempat yang luas, barang yang dijual banyak jenisnya, sistem manajemen terkelola dengan baik menawarkan kenyamanan berbelanja, harga sudah tetap (fixed) dan adanya sistem swalayan.
Kontribusi pasar tradisional dan pasar modern dalam total belanja nasional
Tahun Pasar tradisional Pasar modern
1998 83% 17%
2000 78,1% 21,8%
2001 72,5% 24,8%
2002 74,8% 25,1%
2003 73,7% 25,4%
2004 69,6% 30,4%
Sumber: Bisnis Indonesia 18 Februari 2005 dan Swa Desember 1999
Gerai ritel tradisional terdiri dari pasar tradisional dan warung tradisional. Pada tahun 2001 gerai ritel tradisional mencapai 1.899.736 unit. Tahun 2003, gerai ritel tradisional menurun menjadi 1.745.589 unit , berarti telah terjadi penurunan sebesar 154.147 unit gerai tradisional. Jika satu gerai ritel tradisional memiliki 3 orang tenaga kerja maka ada sekitar 462.441 orang tenaga kerja yang hilang (menganggur). Jumlah gerai ritel modern tahun 2003 mencapai 5079 unit meningkat 31,4 % dibandingkan dua tahun sebelumnya (2001) sebesar 3865 unit .

Gerai ritel modern terbagi atas pasar modern (misalnya mall, plaza, ITC, dll) dan gerai tersendiri, misalnya mini market, supermarket. Namun biasanya hal ini terlihat kabur, karena rata-rata gerai modern berada pada pasar modern, misalnya supermaket terdapat di dalam mall.

Hypermarket
Format bisnis ritel dalam bentuk hypermarket adalah yang paling banyak berkembang di masyarakat dibandingkan dengan format bisnis ritel yang lain. Walaupun demikian perkembangan berbagai format bisnis ritel di Indonesia menunjukkan peningkatan yang cukup berarti dari tahun ke tahun.

Survei AC Nielsen Indonesia mengidentifikasikan bahwa penguasaan pangsa pasar oleh hypermarket di Indonesia mencapai 40%. Bahkan tahun 2005 ini, beberapa para pemain ritel besar melakukan ekspansi perusahaannya. Carrefour sedang menambah 4 gerai di tiga kota besar (Makasar, Bandung dan Jakarta), sehingga akan memiliki 20 gerai pada akhir 2005. Saat ini outlet Carrefour terbanyak hanya terpusat di sekitar kota Jakarta (± 16 gerai). Sedangkan gerai-gerai yang lain tersebar di beberapa kota di Surabaya, Medan, Palembang, dan Semarang . Dengan jumlah gerai yang ada saat ini, Carrfeour menjadi pemimpin di bidang hypermarket dengan penguasaan 47% pangsa pasar. 12 gerai Carrefour di Jabotek antara lain adalah Cempaka Putih, Mega Mal Pluit, ITC Cempaka Mas, Mega Grosir, Puri Indah, Duta Merlin, Ratu Plaza, MT Haryono, Lebak Bulus, Ambasador, ITC Permata Hijau, ITC BSD (baru dibuka 1 Mei 2005). Luas areal belanja setiap gerai Carrefour yang dimiliki adalah 6000 m2 – 8000 m2, dengan jumlah pemasok mencapai 3000 .
Hypermarket (sampai mei 2005)
nama Pemilik Tahun berdiri Gerai (s/d Mei 2005) Pangsa pasar
Carrefour Carrefour, peritel asal Prancis 1998 16 47%
Giant Hero-Dairy Farm (Hongkong) 2002 11 32,35%
Hypermart Matahari (Group Lippo) 2004 7 20,59%
Total 34 100%

Pertumbuhan Hypermarket
tahun omzet (miliar) Pertumbuhan(%)
1998 2,809
1999 3,345 19,08
2000 4,678 39,85
2001 6,155 31,57
2002 8,415 36,72
2003 10,948 30,1
Sumber: Swa, Desember 2004
Jumlah gerai hypermarket sampai Oktober 2005 tercatat sebanyak 83 unit, atau bertumbuh 22,06% dibandingkan pada 2004 yang baru 68 gerai. Berdasarkan data AC Nielsen, pemain hypermarket di Indonesia mencakup Carrefour, Hypermart, Giant, The Clubstore, Artomoro, Alfa Gudang Rabat, dan Tip Top.

Gerai hypermarket di Indonesia
Tahun Unit Tumbuh
2003 43 -
2004 68 58,14%
2005 83 22,06%
Sumber : AC Nielsen Indonesia, 2005
Persaingan harga pun menjadi tak terelakkan. Indeks harga antara pasar modern dan pasar tradisional (Maret 2003-April 2004) jelas menunjukkan bahwa harga di pasar modern lebih murah dibandingkan dengan pasar tradisional, sehingga banyak konsumen yang sensitif terhadap harga akan memilih pindah ke pasar modern.
Hypermarket tidak hanya memberikan harga pada produk-produk yang di jualnya kepada masyarakat luas, namun juga memberikan pilihan serta koleksi produk yang beraneka ragam agar masyarakat Indonesia merasa senang melakukan aktivitas belanja di Hypermarket tersebut. Beberapa bentuk jaminan maupun layanan tambahan gratis yang di berikan oleh Hypermarket guna memuaskan keinginan para pelanggannya antara lain yaitu:
1. Ada yang lebih murah? Kami ganti selisihnya 3 kali!
2. Tidak puas? Kembalikan saja!
3. Harga kasir tidak sama harga di rak? Bayar yang termurah!
4. Bebas biaya antar
5. Parker gratis di beberapa gerai Hypermarket,
Tentu saja bentuk-bentuk jaminan di atas memiliki banyak persyaratan khusus agar mereka tidak merugi. Bentuk jaminan di atas cukup memberikan dampak efek psikologis yang besar pada prilaku konsumen. Hypermarket merupakan pasar ritel modern yang memiliki skala terbesar bidang stockiest dalam sejarah pasar ritel modern di Indonesia dimana segmen pasarnya hampir menyetarai keberadaan makro group milik PT. Goro Batara Sakti. Tbk dengan dukungan gerai-gerai baru yang berada di kota-kota besar wilayah Indonesia.
Focus layanan jasa Giant terhadap para konsumen di Indonesia memiliki 3 filosofi yaitu:
? Harga bervariatif sesuai daya beli pelanggan,
? Alternative atas pilihan produk beragam,
? Mengutamakan kepuasan pelanggan.
Konsep paserba merupakan konsep perdagangan eceran yang sengaja di ciptakan oleh Hypermarket, difokuskan untuk memberikan layanan jasa secara optimal dan professional kepada pelanggannya disertai adanya jaminan atas kerusakan barang ataupun produk di dukung oleh nilai manfaat maupun kejelasan arah penggunaan produk sesuai dengan harapan pelanggannya. Hypermarket menerapkan strategi retail marketing mix managemen consept secara tepat sasaran didukung atas dimensi lay out tata ruang sama halnya dengan kondisi fisik Walmart hypermarket di Negara Amerika Serikat yang terbagi dalam 5 segmen area yaitu: Play Ground Area, Basemand Parking Area, Consumer Good Area, Customer Service Area, Food Courd Area dengan menerapkan pola filosofi bisnis yaitu: Retail Price Consideration Consept (special days price) yang cenderung mempertimbangkan harga eceran khusus dalam moment-moment tertentu liburan suatu missal: hari raya Idul Fitri, hari raya Natal, maupun hari Libur anak-anak sekolah guna mendukung misi khusus keberadaan perusahaan ritel berbasis hypermarket di kota Manado khususnya.

STRATEGI PEMASARAN RITEL
Strategi pemasaran ritel meliputi (1). Pemilihan cible segment pasar dan penentuan format ritel dan (2). pengembangan keunggulan bersaing yang memungkinkan ritel untuk mengurangi Tingkat dihadapi kompetensi yang.
Ritel yang berhasil harus memenuhi kebutuhan pelanggan à jour le segmen yang pasar dilayani secara lebih baik daripada pesaing dilakukan yang. Pasar ritel bukan merupakan Tempat Khusus dimana par pembeli dan penjual bertemu, tetapi sebagai kelompok konsumen dengan kebutuhan-kebutuhan yang sama (pasar segmentation) dan sekelompok ritel yang ritel Menggunakan format yang sama untuk memenuhi kebutuhan konsumen tersebut.
Sasaran Pasar Sering dalam ritel kali ditetapkan berdasarkan faktor demografis, geografis psikografis dan. Menetapkan pasar sasaran merupakan syarat untuk menetapkan strategi bauran ritel (détail). Bauran ritel atau dengan disebut détail mix adalah kombinasi elemen-elemen produk, harga, Lokasi, Personnages, promosi dan presentasi Apparence-atau untuk menjual barang jour dan JASA konsumen Akhir pasar yang menjadi cible.

Loyalitas Pelanggan
Pelanggan yang loyal dapat meningkatkan pendapatan badan usaha secara terus menerus dalam hal ini sangat penting bila derajat pembelian secara berulang-ulang sangat tinggi. Oleh karena itu memiliki pelanggan yang loyalitasnya tinggi dapat sangatlah menguntungkan buat pasar swalayan tersebut. Menjual produk atau jasa pada pelanggan yang sudah ada akan lebih murah jika dibandingkan dengan menjual kepada pelanggan baru. Pelanggan yang loyal akan memberikan kesempatan yang lebih besar bagi badan usaha untuk meningkatkan penjualan dan memberikan pendapata jangka panjang.
Menurut Mowen dan Minor (1998, P.45) “loyalitas dapat didefinisikansebagai kondisi dimana konsumen mempunyai sikap positif terhadap sebuah produk, mempunyai komitmen terhadap produk tersebut dan bermaksud meneruskan pembeliaanya di masa yang akan datang”.

Kepuasan pelanggan
Evaluasi terhadap suatu produk akan dilakukan oleh seorang pelanggan terhadap produk yang telah dipilih dan dibeli olehnya. Apabila kualitas produk tersebut dapat memenuhi kebutuhan dan keinginan pelanggan, maka pelanggan akan merasa puas.
Definisi kepuasan menurut Mowen (1995, P.551) adalah bahwa kepuasan pelanggan merupakan keseluruhan sikap terhadap suatu barang dan jasa setelah akusisi dan penggunaan.
Faktor penting yang berpengaruh terhadap kepuasan pelanggan adalah tingkat performance atau kinerja dari suatu produk, yang lebih umum bisa diartikan sebagai kualitas dari produk tersebut.

BAB IV
KESIMPULAN

Trend Industri Ritel
Industri ritel berubah dengan cepat. Perubahan-perubahan itu dapat dilihat dari 1). Perbedaan yang mendasar dan terus berkembang dalam format ritel. 2). meningkatnya konsentrasi industri. 3). Globalisasi dan 4). Penggunaan berbagai cara untuk berinteraksi dengan konsumen.
Saat ini konsumen dapat membeli barang yang sama dari sejumlah ritel yang berbeda. Masing-masing format ritel menargetkan pangsa pasar yang berbeda dan yang semakin meningkat. Tiap jenis ritel menawarkan manfaat yang berbeda, sehingga para konsumen bisa berlangganan pada ritel yang berbeda untuk pembelian dan kebutuhan yang berbeda.
Pada awalnya ritel adalah bisnis lokal. Saat ini, konsep ritel yang berhasil disebuah negara telah berkembang secara global. Mengapa beberapa konsep ritel dapat berkembang secara global dan sementara beberapa tidak bisa berkembang? biasanya tergantung pada apa yang dinamakan keunggulan bersaing (competitive advantage) di negara tersebut. Saya akan sebutkan beberapa faktor yang mendorong globalisasi yang dilakukan para peritel internasional:
a. Pasar Domestik yang semakin Jenuh
Di Amerika Serikat, banyak peritel gagal karena banyaknya para pelaku pasar yang memiliki kesamaan produk yang dijual. Hal ini mendorong peritel tersebut melakukan ekspansi ke luar negeri.
b. Sistem dan Keahlian
Saat ini peritel memiliki kemampuan mengatur toko-toko yang ada di luar negeri dengan lebih baik karena kemampuan mereka dalam mengelola sistem informasi dan distribusi yang lebih mudah ditransfer dari negara asalnya.
c. Hilangnya batasan perdagangan
Kebijakan perdagangan internasional yang menghapus berbagai hambatan dalam perdagangan seperti WTO atau NAFTA.

BAB V
SARAN

Saran-saran yang dapat di ambil di sini yaitu:
? Dapat meningkatkan pelayanan kepada pelanggan masyarakat yang senang berbelanja di Hypermart,
? Kepuasan konsumen harus selalu di nomor satukan,
? Pelanggan yang loyal dapat meningkatkan pendapatan badan usaha secara terus menerus
? Strategi pemasaran ritel yang baik untuk di gunakan dalam perusahaan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar